Warga Korea Selatan Takut Diserang Rudal Korea Utara Lagi

Warga Korsel Takut Kembali Dirudal Korut
"Saat ini, kalau saya pikir-pikir, saya belum cukup bernyali untuk pulang, saya takut"
Kamis, 25 November 2010, 09:05 WIB
Renne R.A Kawilarang, Denny Armandhanu

Serangan artileri Korea Utara (Korut) ke pulau Yeonpyeong di Korea Selatan (Korsel), Selasa 23 November 2010, menyisakan kesedihan bagi penduduk setempat. Mereka terpaksa mengungsi dan kini tidak tahu bagaimana nasib rumah dan tempat bisnis yang tengah ditinggalkan.

“Saya ingin tahu kabar tempat bisnis saya. Apa yang terjadi ketika saya tinggalkan? Saya ingin bekerja lagi,” ujar Park Jae-bok, seorang nelayan dari Yeonpyeong seperti dikutip harian The Guardian, Rabu 24 November 2010. Park terpaksa mengungsi ke Incheon, 80 kilometer dari tempatnya tinggal.

Park menuturkan bahwa pemerintah kurang mampu dalam menjaga keamanan warganya. Pulau tempatnya tinggal dibombardir 200 peluru artileri dari Korut. Serangan itu tampaknya akibat kemarahan Korut atas latihan militer yang dilakukan Korsel di perairan perbatasan kedua negara.

“Saya hanya ingin pemerintah membuat semuanya aman lagi bagi kami seperti sebelumnya,” ujar Park.

Sementara itu puluhan warga dari pulau Yeonpyeong sementara tinggal di sebuah pemandian air panas di Incheon. Pemandian umum ini adalah tempat yang biasa didatangi oleh keluarga di Korea untuk bersantai setelah beraktivitas.

Pemandian bernama Inspa World yang terletak sekitar 10 menit dari pelabuhan Korea terpaksa disulap jadi tempat pengungsian. Tempat itu ditawarkan sendiri oleh pemiliknya untuk ditempati para pengungsi sampai mereka mendapatkan akomodasi untuk kembali ke rumah.

Lebih dari 500 orang diungsikan dari pulau tersebut. Kebanyakan dari mereka menuju rumah kerabat atau teman untuk menumpang. Sekitar 50 pengungsi yang tidak mendapat tempat tinggal terpaksa tidur di pemandian umum tersebut.

Tidak ada satupun dari pengungsi yang tahu kapan mereka dapat pulang. “Saya tidak tahu kapan saya bisa pulang. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan di sini,” ujar salah satu pengungsi, Kim Eung-seok.

“Kami tidak mengerti mengapa orang-orang yang berdarah sama menyerang satu sama lain,” lanjut Kim. Sekitar 400 warga masih bertahan di Yeonpyeong. Kebanyakan dari mereka adalah anak muda, yang dikerahkan untuk membantu mencari korban dan memperbaiki kerusakan.

Bang Hye-soo, 15, mengatakan bahwa dia merindukan ayahnya. “Ayah saya masih di pulau, saya mengkhawatirkannya. Mereka bilang mereka membutuhkannya, jadi dia terpaksa tinggal,” ujar Bang.

Sementara pengungsi yang lainnya mengaku khawatir mengenai nasib tempat tinggal mereka. “yang pertama adalah rumah saya. Saya khawatir mengenai kondisinya. Yang kedua adalah kapan saya bisa pulang? Saat ini, kalau saya pikir-pikir, saya belum cukup bernyali untuk pulang, saya takut,” ujar Song Bok-soon, salah satu manula yang mengungsi.

0 komentar:

Blog Pozt © 2011 - 2013 by Cara Apa Ada Design By Bludus CORP